Selasa, 04 November 2014

APA ITU HOOLIGAN SEPAKBOLA ?

Hooliganisme sepakbola merujuk pada apa yang secara luas dianggap sebagai perilaku nakal dan merusak oleh penggemar sepak bola yang terlalu bersemangat. Tindakan seperti berkelahi, vandalisme dan intimidasi yang ditetapkan oleh asosiasi suporter sepak bola yang berpartisipasi dalam hooliganisme sepakbola. Perilaku ini sering didasarkan pada persaingan antara tim yang berbeda dan konflik dapat terjadi sebelum atau setelah pertandingan sepak bola. Peserta sering memilih lokasi jauh dari stadion untuk menghindari penangkapan oleh polisi, tetapi konflik juga bisa meletus secara spontan di dalam stadion atau di jalan-jalan sekitarnya.
Hooliganisme sepakbola dapat berkisar dari teriakan dan perkelahian kecil, kepada kerusuhan besar di mana firma-firma saling serang dengan senjata mematikan (termasuk, namun tidak terbatas pada, botol kaca, batu, pisau, dan parang  Dalam beberapa kasus, perkelahian stadion telah menyebabkan penggemar melarikan diri dengan panik dan luka-luka telah disebabkan ketika pagar atau dinding runtuh dari tekanan kerumunan untuk keluar.

Asal-usul hooliganisme:
Istilah hooliganisme muncul sejak akhir abad ke 19, tepatnya pada 1898 di Inggris. Tak heran jika Inggris adalah gudang penghasil hooligan yang paling padat. Sementara studi mengenai suporter sepak bola dimulai akhir 1960-an. Sejak itu pula, ada kepedulian politis, sosial, dan media yang besar terhadap hooliganisme sepak bola Inggris.
Puncak aksi hooliganisme terjadi pada 29 Mei 1985 ketika suporter Liverpool menyerang suporter Juventus dalam final Champions Cup di Stadion Heysel, Brussel, Belgia. Peristiwa ini bermula dari pendukung masing-masing klub yang saling mengejek dan melecehkan. Kemudian, para pendukung Juventus mulai melemparkan kembang api ke arah pendukung Liverpool. Huru-hara pun meledak. Akibat peristiwa itu, 39 orang tewas mengenaskan.
Kisah-kisah kekerasan hooligan terus mewarnai dunia sepak bola, termasuk dalam pertandingan derby. Di Skotlandia, yang paling sering terjadi adalah perang antar-suporter Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers. Celtic adalah klub yang dianggap mewakili agama Katolik, sedangkan Rangers mewakili Protestan.
Masing-masing hooligan siap bertaruh nyawa. Suporter Rangers sering menamakan diri Billy Boys, yakni geng yang menghabisi umat Katolik Glasgow semasa Perang Dunia I dan II. Akibatnya, derby kedua klub ini selalu panas. Pendukung kedua klub pun sering terlibat bentrok sebab setiap Celtic dan Rangers bertanding, olok-olokan suporter saling menyerang identitas agama kedua pihak.
Di Italia, pertandingan derby Inter Milan versus AC Milan disebut-sebut sebagai perang kaum miskin (Milan) melawan kaum kaya (Inter). Konteks yang sama terjadi pula di Turki. "Derby Istanbul" yang memertemukan Fenerbahce versus Galatasaray adalah pertandingan yang dianggap sebagai perang kaum miskin (Fenerbahce) versus aristokrat (Galatasaray).
Permainan kelas bawah
Secara sosiologis, popularitas sepak bola mempresentasikan permainan kelas bawah. Maklum, media massa sebelum era 1995-an masih senang mencemooh sepak bola milik kelas proletar di Eropa, milik masyarakat Dunia Ketiga di Asia dan Amerika Latin, dan milik penduduk terbelakang di Benua Afrika.
Sebagaimana ditulis Jim White dalam buku Manchester United; The Biography (edisi 2009)., sepakbola memang tidak bisa dipisahkan dari persoalan sosial. Apa yang terjadi di antara suporter itu adalah fenomena sosial yang kompleks. Menurut survey pada 1960 terhadap 520 perusuh Inggris yang ditahan polisi menunjukkan, kelompok terbesar dari mereka adalah buruh kasar (68,1%).
Kaum buruh menyukainya karena sepak bola adalah orahraga kasar. Kenyataan menegaskan, sebagian besar pemain sepak bola, kendati sekarang sudah menjadi jutawan atau miliarder, berasal dari lingkungan buruh. Dengan sendirinya sepak bola menemukan akar yang kuat di komunitas buruh.
Sosiolog John William dari Leicester University yang memimpin penelitian tentang kekerasan dalam sepak bola menemukan fakta lain. Kini, muncul kesadaran baru di kalangan buruh, yaitu bangga pada kulturnya yang kasar. Alasannya, tidak berubahnya status mereka dalam jangka waktu yang panjang membuat kelompok ini patah semangat untuk mengubah keadaanya. Kompetisi dalam sepak bola lalu dianggap relevan sebagai sikap pelarian.
Frustasi dalam hidup bermasyarakat kerap dijadikan alasan melancarkan agresi dan tidak banyak sarana untuk menyalurkannya. Dalam hal ini, pertandingan sepak bola yang dipadati ribuan penonton 'dibajak' sebagai sarana pelampiasan. Karena itu, sesungguhnya ada mata rantai antara kekerasan dalam sepak bola dan agresi sosial tersebut.
Salah satu pihak yang turut bertanggungjawab mematahkan mata rantai itu adalah pemain. Pemain sejatinya menampilkan permainan yang menarik tanpa kekerasan. Begitu memeragakan kekerasan, dia wajib dihukum seberat-beratnya sehingga dapat meredam emosi suporter dan pertandingan bisa berjalan lebih sportif.
Itulah sepak bola yang memiliki kisahnya sendiri. Apa yang ingin ditegaskan Hari Wahyudi dalam buku ini, senyatanya pertandingan sepak bola akan berlangsung memesona jika pemain masing-masing kesebelasan dapat menampilkan skil permainan yang berkelas, panitia pertandingan bisa menjamin keamanan penonton, suporter boleh mati-matian mendukung tim kesayangannnya tanpa harus melecehkan tim lawan, juga segenap pengurus tim maupun yang ada di pusat mampu mengelola pertandingan secara dewasa dan profesional

http://bramantyapamungkas.files.wordpress.com/2011/08/who-ate-all-the-pies-hooliganism-photo.jpg
                                    (Hooligans West Ham Dan Millwall Yang Masuk Kedalam Stadion)
            
Sebuah firma sepak bola (juga dikenal sebagai firma hooligan) adalah geng yang dibentuk untuk tujuan khusus pertentangan dan secara fisik menyerang pendukung klub lain. Beberapa firma diwujudkan untuk mempromosikan penyebab politik pinggiran, baik politik sayap kiri maupun kanan, dan, dalam beberapa kasus, promosi cita-cita politik melalui kekerasan adalah lebih penting daripada klub sepak bola itu sendiri.
Pada 1970-an dan awal 1980-an, subkultur berpakaian "kasual" mengubah wajah hooligan sepak bola Inggris. Alih-alih memakai gaya skinhead, pakaian kelas pekerja, yang mudah diidentifikasi sebagai hooligan oleh polisi, anggota firma mulai mengenakan pakaian desainer dan pakaian "offhand'" olahraga yang mahal (pakaian yang dikenakan tanpa memperhatikan pertimbangan praktis).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkqWXPHNNPRYXSpus9pyB2R9Ac_SNwes99akpmnqePXEk4Apq5yTlfm7idt8Kz4RuyId-fnY8YYxaRmOep2ICpFHANq08u9lTG4qnzUfMTPAwUc3esA4aNm9Jm3Zh1-2IK9fZ3NgsvsDss/s1600/British-hooligans.jpg
                                                         (Gambaran Firma Di Inggris)

 SEKIAN POSTINGAN DARI SAYA SEMOGA BERMANFAAT GUYS...
 DONT FORGET ! FIRST SUPPORT YOUR LOCAL FOOTBALL TEAM

1 komentar: